Sejarah

SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta berdiri sejak 1 Agustus 1965. Sekolah yang kita kenal saat ini dengan sebutan Moetoe Junior berada di lingkungan perkampungan yang tenang dan nyaman. Sehingga mampu menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif dan nyaman tanpa suara bising kendaraan di jalan raya. Tepatnya di Kampung Purbayan RT 53 RW 13 Kalurahan Purbayan, Kapanewon Kotagede, Kota Yogyakarta.

Awal berdiri dengan Nama SMP Muhammadiyah Kotagede

Berdasarkan runtut sejarah yang disampaikan para pendiri, SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta lahir melalui proses yang cukup panjang. Dimana sekolah ini sudah dua kali didirikan dan dua kali juga dibubarkan. Berawal dari nama SMP Muhammadiyah Kotagede yang berada di Bodon Kotagede, tepatnya di belakang atau selatan MTs Mahad Islamy saat ini dengan siswa angkatan pertama sejumlah 15 orang. Diperkirakan sekitar tahun 1950 berdiri dan 3 tahun kemudian 'bubar' begitu saja setelah dapat meluluskan angkatan pertamanya.

Kemudian sekitar tahun 1955 kembali didirikan SMP Muhammadiyah Kotagede yang berada di Tegalgendu di bawah pimpinan Kepala Sekolah Bapak Djuwahir dan dibantu tenaga pengajar dari SD Muhammadiyah Bodon dan SD Muhammadiyah Kleco. Namun kembali terulang, setelah 8 tahun bertahan dengan kendala yang kian berat akhirnya dengan terpaksa SMP Muhammadiyah Kotagede kembali ditutup.

Setelah kali kedua SMP Muhammadiyah Kotagede tidak mampu bertahan. Bapak As'ari Anwar selaku Pengurus Muhammadiyah Kotagede di Bidang Pengajaran mencoba berdiskusi dengan Bapak Bahrun Nawawi mengenai rencana kembali mendirikan SMP Muhammadiyah. Tentunya dengan menganalisa masalah utama atas apa yang telah terjadi sebelumnya, yaitu masalah manajemen yang masih buruk.

Tepat tanggal 1 Agustus 1965 kembali dibuka pendaftaran siswa baru SMP Muhammadiyah Kotagede yang berada di sebelah utara Masjid Perak Prenggan, Kotagede. Saat itu bersebelahan dengan SD Muhammadiyah Bodon (sisi Timur) dan SD Muhammadiyah Kleco (sisi Barat) dengan kondisi seadanya. Guru yang mengajar pun juga belum banyak, lebih-lebih saat itu kondisi yang mencekam saat terjadinya pemberontakan G30SPKI. Jika ada guru dan murid yang datang saja sudah merupakan perjuangan yang luar biasa. 

Sekitar Bulan Februari 1966 SMP Muhammadiyah Kotagede pindah ke Mushola Aisyiyah utara Kantor Pos Kotagede, tepatnya di gedung selatan musholla. Kondisinya pun masih sama, 'seadanya', bahkan bisa dibilang memprihatinkan. Guru tidak dibayar, karena memang siswa yang sekolah pun tidak membayar atau 'gratis'. Untuk sekedar makan atau minum, masing-masing membawa sendiri dari rumah. Namun hal ini tidak mengendurkan semangat guru maupun siswanya. Sebaliknya, semakin meningkatkan motivasi siswa dan guru untuk membuktikan bahwa sekolah ini tidak akan bubar begitu saja seperti sebelum-sebelumnya. 

Foto : Bangunan SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta di Kompleks Masjid Perak Prenggan, Kotagede

Berselang 6 bulan, SMP Muhammadiyah Kotagede kembali ke kompleks Masjid Perak menempati tanah dan bangunan wakaf dari Ibu Siti Sholikhah Atmo Sudigdo. Sejak awal berdirinya dibawah pimpinan Bapak Bakhrun Nawawi sampai beliau melanjutkan study di Australia September 1966, status SMP ini masih 'terdengar'. Bahkan ketika digantikan oleh Bapak Muhammad Salman Ja'far, masih 'terdengar sayup-sayup'. 

Pada tanggal 8 April 1968 terbitlah surat pengesahan SMP untuk pertama kalinya dengan status 'Sekolah Swasta yang Sah' dengan nomor : 420/A/A.21/SDSMP/68 dari Kepala Inspeksi Daerah SMP pada Kantor Dirjen Dikdas DIY. Mulai pengesahan tersebut siswa SMP Muhamamdiyah Kotagede dapat mengikuti ujian, walaupun masih menggabung ke sekolah terdekat yaitu SMP Negeri 9 Yogyakarta.

Resmi dengan Nama SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta

Tahun 1968 SMP Muhammadiyah Kotagede berganti nama menjadi SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Pada tahun tersebut juga Bapak Kohari menggantikan Bapak Muhammad Salman Ja'far sebagai Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta dan dibantu Bapak Sugeng Suparto sebagai Wakil Kepala Sekolah, Bapak Suhirman sebagai Bendahara, Bapak Hadjoewad, Bapak Kamali, Bapak Arsjad AU, Bapak Rahmadi, Bapak Dahrowi dan Bapak Wahzary yang waktu itu sebagai guru juga merangkap sebagai sebagai Tata Usaha yang selanjutnya disebut Tim-9. Sebagai motor penggerak, tim-9 ini berjuang bersama tanpa adanya fasilitas dan finansial yang memadai. Namun tim-9 ini lah yang selalu berada paling depan dalam menghadapi masalah-masalah sekolah. 

Pada tahun 1974 SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta berubah status menjadi sekolah swasta berbantuan. Dimana pemerintah memberikan bantuan finansial berupa uang untuk setiap siswa untuk biaya operasional sekolah. Kemudian tahun 1976 status kembali dapat diganti dari berbantuan menjadi Bersubsidi dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri P& K RI Tanggal 26 April 1976 Nomor 91714/D/1/76 status ini terhitung mulai 1 Januari 1976. Saat itu jabatan kepala sekolah sudah digantikan oleh Bapak Suhaib Anwar Yusuf, BA.

Menempati Komplek Jeron Boto Kelurahan Purbayan 

Pada tanggal 10 Januari 1981, Pangeran Mangkubumi (sekarang menjadi Sultan Hamengkubuwono X) berkenan meletakkan batu pertama pembangunan tahap awal sejumlah 5 runag gedung SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Bangunan ini didirikan oleh keluarga Kridhoharsoyo pada lahan seluas 2.700 meter persegi miliknya yang terletak di komplek Jeron Boto, Kelurahan Purbayan. Lahan beserta bangunan ini diwakafkan untuk PCM Kotagede yang kemudian ditetapkan untuk SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta (hingga saat ini). Pembangunan terus berlangsung secara bertahap. Perpindahan tempat belajar mengajar dari yang awalnya di komplek masjid perak kotagede ke komplek jeron boto ini diakukan secara bertahap sampai tahun ajaran 1994/1995.

Alhamdulillah memasuki tahun 2000, SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta telah memiliki 17 ruang kelas,  Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer, bimbingan konseling, perpustakaan dan ruang serbaguna. Kemudian di tahun 2004, SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta memperluas lahan dengan membeli tanah seluas 800 meter persegi. Perluasan dan pembangunan terus dilakukan hingga saat ini. Tentunya tidak luput dari bantuan dan dukungan para pendiri yang tetap peduli akan perkembangan sekolah ini. Serta segenap guru, karyawan, siswa dan wali siswa yang turut andil dalam kemajuan sekolah ini hingga dapat seperti saat ini dapat meluluskan lebih dari 9.000 siswa. Terimakasih atas kepercayaan masyarakat semua.